M
"Tidak sempurna menjadi seorang mahasiswa bila hanya membaca dan mencari nilai Ideks Prestasi". Mungkin ungkapan itu yang menjadi awal tulisan ini untuk mengajak anda berfikir kritis mencari sesuatu yang memang seharusnya dicarai. Ketajaman nilai matematik sudah seharusnya dibangun dengan kualitas proaktif peduli terhadap kenyataan yang terjadi. Kedzaliman manajemen perkuliyahan, bukan sesutau yang hanya diisap sebagai realita biasa, tetapi sudah saatnya dikritisi supaya terjadi proses intropeksi menuju perbaikan dan kebaikan.
Jalanya pendidikan dalam hukum kesetabilan proses sebgaimana menurut para pakar pendidik dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Usep M.pd dalam pnjelasanya ketika dulu penulis SMA, tidak terlepas dari dua elemen terpenting disamping elemen-elemen yang lainya. Elemen tersebut adalah pendidik dan yang dididik, seandainya salah satu dari kedua elemen ini timpang maka jangan berharap proses pendidikan mencapai hasil memuaskan. Kedua elemen ini berlaku dalam berbagai jenjang pendidikan Tapapun, aplagi di dunia perkuliyahan yang notebene merupakn jenjang terakhir menciptakan kesempurnaan berpikir dan penjurusan keahlian peserta didik.
Bila boleh mengungkapkan isi dari analisis pribadi yang belum teruji benar atau salahnya, sebetulnya diantara dua elemen yang membangun proses pendidikan tersebut pendidiklah yang paling menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pedidikan, mungkin dalam konteks perkuliyyahan adalah dosen. Mengingat arah pendidikan dikendalikan oleh pendidik yang jumlahnya hanya satu orang, sementar peserta didik jumlahnya banyak dengan berbagai klakter pribadi yang berbeda. Maka seandainya ada satu atau dua peserta didik (mahasiswa) yang tidak produktif dalam mengikuti proses pendidikan tidak akan berpengaruh terhadap proses transper pengetahuan, karena masih ada peserta didik lain yang siap untuk produktif. Sementara seandainya ketidak produktifan bersumber dari pendidik maka semua peserta didik akan mendapatkan imbas negative tanpa bisa dipungkiri kenyataanya.
Hukum pendidikan yang sederhana ini mari untuk digunkan membaca apa yang sesungguhnya terjadi di kampus ini. Mahasiswa diminta untuk hadir 75% sebagai syarat bisa atau tidaknya mengikuti ujian semester, sampai seorang yang ngeyel berujar "kehadiran telah menjadi tuhan kedua setelah tuhan yang pertama". Sebetulnya kehadiran ini bukan sesuatu yang mesti dikrtisi karna memang bisa membantu pada kualitas pendidikan itu sendiri. Yang sesungguhnya mesti dikrtisi adalah apakah kehadiran ini hanya berlaku bagi mahasisiwa sementara bagi dosen tidak?. Dimana kenyataan membuktikan dalam semester ini beberap kali satu, dua, tiga, empat, bahkan
Sesuatu yang menyakitkan sebetulnya, di tengah terik panas dan debu suasana
Ucapan mesra datang sumbang dari hati kehati para mahsiswa yang mempunyai hati untuk mereka "Kau anggap kami ini apa, cobalah wahai yang merasa tersapa mengertilah akan perasaan hati kami, sebetulnya kami sakit dengan kelakuanmu tapi kami diam seribu bahasa karena takut kau anggap kami ini tak sopan. Namun saat ini kami tak bisa untuk terus diam, nurani kebenaran membawa kami untuk mencoba menggungah hatimu, karena kami takut hatimu tertutup batu yang menghalngai kesadaran. Kami rindu akan ilmu, tapi kau seolah malas tuk memberiknya, hentikan kekredilan ini. Bagaimana bisa kami memikul amanahmu untuk memperbaiki dan mengobati bumi pertiwi yang sakit, bila kau saja sudah malas memberikan obatnya". Bila dianalogikan dengan puisi yang ditulis Gusmuh "kau minta aku untuk hadir, aku datang kau tiada. Kau minta aku tuk tidak menghianatai orangtuaku, padahal kau sendiri yang mengajaraiku".
Ungkapan di atas adalah mewakili bahasa ungkapan manusia yang ingin menjadi mahasiswa proaktif, peduli terhadap kualitas pendidikanan dimana tempat ia bernaung mencari setetes kebenaran bukan kemunafikan. Masih teringat jelas khusus untuk jurusan Ilmu Pemerintahan bagaiamana dulu dalam sambutan salah seorang dosen berujar "akreditasi kita ini lebih baik dibanding UGM, UGM itu dosen-dosenya Profesor Dr, tapi mereka sibuk banyak tidak hadirnya, yang hadir hanya asistenya saja". Bisakah ungkapan itu dibuktikan?, ini adalah pekerjaan rumah, asisten saja tidak ada.
Lantas kemana harus membuang waktu kosong yang seharusnya terisi dengan pencerahan pengetahuan ?. Inilah persoalan kedua yang mesti dibenahi dalam pola fikir setiap generasi yang mengharapkan perubahan jati diri, lebih besarnya kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Sayang seribu kali syang bila waktu luang dibuang, karena kepastian menunjukan waktu tidaklah datang untuk yang kedua kalinya, tetapi ia pergi bersama laju arah angin mengikuti luka-liku awan menuju sini dan pergi ke
Menjawab tantangan masa depan yang rumit tidak baik kiranya bila hanya diam tanpa bergerak sedikitpun. Keterlahiran pemimpin-pemimpin besar bukan dari mereka yang malas dan hanya bisa diam. Tetapi keterlahiran mereka berangkat darii pergerakan untuk melatih jiwa kepemimpinan dan pembawa perubahan sebagai ajang pencerahan jati diri yang berimbas pada perubhan bangsalah jua. Representatif terbaik sebagai ajang menyalurkan waktu kosong yang seharusnya terisi adalah bergabung dengan oraganisasi pergerakan, karena denganya makna hidup akan bisa dipahami, gejolak pemikiran bisa tersalurkan dan kreativitas bisa menjadi kenyataan yang membanggakan.
Mengutip ungkapan Jhon Maxwell "pemimpin itu terlahir karena ia mempunyai kepengaruahan, sementara kepengaruhan itu ada krena terbiasa untuk memepengaruhi". Atau seseorang dikatakan berjiwa besar bila ia mempunyai cita-cita dan usaha yang besar pula. Tetapi seoarng dikatakan kecil bila ia hanya memiliki keinginan dan usaha yang kecil pula. Organisasi pergerakan adalah tantangan untuk membentuk kalakter manusia besar, enggan untuk bergabung dengannya hati-hati dengan diri anda, jangan-jangan termasuk mahasiswa yang berjiwa kecil. Bila kembali pada kenyataan awal, mau diapkan waktu kosong yang dimiliki?. Jangan samapai hilang tidak membawa angin kesegaran apapun pada perubahan yang terkecil.
Sebagai sosok generasi labil, sulit memang menentukan organisasi mana yang pantas untuk dimasuki sebagia ajang latihan positif menuju sosok seorang pemimpin ini. Dalam diskusinya seorang aktivis yang ke PMII-PMII-an memberikan resep jitu untuk menjawab pertanyaan ini:
1. lihata visi dan misi oraganisasi sebagai landasan apa yang sebetulnya diperjuangakan
2. kekuatan ativitas organisasi stabil atau tidak, karena percuma mengaku organisasi pergerakan sementar gerakanya tiada berwujud
3. progress atau tidak progresnya organisasi, karena organisasi pergerakan bila berkutik pada metode klasik atau bertumpu pada laju yang pelan kapan mau sampai pada perubahanya, keburu kiamat
4. lihat latar belakang tokoh yang dihasilkan oleh organisasi tersebut, bila menghasilkan tokoh berpengaruh maka layak untuk dimasuki. Bila belum ada tokoh yang terlahir dari organisasi itu unut ditiru sebagai pigur, lebih baik pikirkan terlebih dahulu
5. predikisikan apa yang akan didapatkan dari organisasi, bukan berarti mencari hidup dari organisasi dan tidak menghidupkan organisasi, tetapi hal ini sebagai ajang kelak kemana akan beraliansi dengan partai politik atau organisasi kemasyarakatan. Bila basis ditemapat anada adalah Golkar maka lebih cocok untuk bergabung dengan organisasi yang beraliansi dengan partai Golkar supaya kelak karir anda stabil dan memuaskan. Namun bila basis ditemapat anda aladalah PKS umpamanya maka carilah organisasi pergerakan yang beralinsi terhadap PKS itu sendiri. Seandainya anda tidak berharap untuk beraliansi dengan partai apapun tetapi lebih cenderung mengahabiskan kehidupan dalam organisasi kemasyarkatan maka bergabunglah dengan organisasi pergerakan yang banyak berkutik pada masalah kemasyarakatan. Intinya harus disesuaikan dengan kebutuhan.
6. tdiak kalah penting, dimana anda kuliyyah, kareana di Universitas-Universitas tertentu suatau organisasi pergerakan terkadang mempunyai akar kekuatan yang dominan
Itulah sikap kritik proaktiv menjawab tantangan untuk memenuhi kebutuhan menyalurkan waktu kosong dalam keseharian, lebih husus mungkin pada jam mata kuliyyah yang tak berwujud, dengan hal positif disampaing kegiatan positif lanya. Selamat bergabung, tunggu apalagi???/ bila anda menjawa "nunggu tahun depan". Kelamaan kawan keburu organisasi pergerakanya pada bubar kekurangan kader dan pengurus lhoo !!!!!!!
* Tulisan ini merupakan kritik sosial yang dimuat dalam Transformasi edisi perdana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar